Kini
telah sampai aku di bagian itu yaitu bagian yang benar-benar sebelumnya tidak
pernah ku inginkan. Ya bagian yang sulit membuat mataku terpejam di setiap
malamnya dan membuat pikiran ku selalu melayang jauh. Dari awal mungkin ini
memang salahku. Tidak, tapi memang salahku.
***
Pagi
ini aku kembali menjalani rutinitasku setiap harinya, kuliah. Hari ini kali
pertama nya aku melihatmu dan juga pertemuan pertamaku dengan mu yang memang
sebelumnya tidak di rencanakan. Ya laki-laki itu. Orang bilang pertemuan
pertama itu hanya dan bahkan selalu kebetulan dan bagaimana nanti aku dan kamu
bisa mengartikan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah itu juga sudah
bagian dari rencana Tuhan? Mungkin iya, mungkin juga tidak karena kapasitas
kita yang memang hanya sebagai dua orang yang baru saling mengenal.
Waktupun
terus merangkak membuat aku lebih jauh mengenalmu dan lebih memahami dirimu
mungkin bahkan melebihi dirimu sendiri. Tapi, mungkin memang kamu tidak
mengetahui itu. Tidak, tapi kamu tidak akan pernah mengetahui itu karena kamu
tidak akan pernah bisa memahami perasaan seorang wanita yang jatuh cinta
diam-diam dan hanya selalu berkutat dengan lembaran-lembaran kertas putih yang
dijadikannya miniatur untuk mengungkapkan segala yang di rasaknnya.
Sudah
merupakan hal yang biasa saat hari-hari aku dan kamu selalu diisi dengan
membicarakan masa lalu yang tiada habisnya. bukan aku, tapi masa lalumu. Bukan
hal yang biasa lagi juga aku mendapati diriku yang seperti ini. tersenyum
dengan tegar mendengarkan segala rintihan hatimu yang sungguh menyayat hati
ini. sesederhana itu menyakitakan. Tapi disamping itu aku senang bisa menjadi
orang yang kamu percayai untuk tempatmu berbagi.
***
Waktu
terus berjalan dan libur semester pun telah tiba. Dua minggu, bukankah itu
waktu yang tidak lama tapi entah mengapa hari-hari libur terasa begitu lama
bagiku. Orang bilang ibarat satu hari itu bagaikan setahun. Bagiku ku itu
sebuah perumpamaan yang lucu dan aneh. Bukankah kalau satu hari ya satu hari,
sedangkan kalau setahun ya 365 hari, bukankah itu sangat tidak masuk akal
bukan? Ah sudahlah tidak penting membahas itu, mungkin hanya orang-orang yang
tidak ada aktivitas yang bermanfaat saja yang berkata seperti itu. Hihihi...
Hingga
pada suatu malam aku begitu merindukannya dan aku merasa sangat membutuhkannya
entah mengapa dan apa yang ingin aku bicarakan yang pasti aku ingin menenangkan
perasaanku saja. Kini mungkin bagiku dia adalah seorang teman dan tidak hanya
sekedar teman bahkan sahabat meskipun pertemuan begitu minim bagi kami.
Meskipun hanya dengan obrolan yang berupa pesan-pesan singkat darinya itu bisa
membuatku lebih baik seperti ada sedikit racikan dari pesan itu sehinga bisa
membuatku nyaman bahkan hanya dengan membaca ketika-ketikan kecilmu.
****
Senja
itu...
Senja
itu entah apa yang sedang aku pikirkan dan dia pikirkan seketika tiba-tiba
ponsel ku pun berdering. Ini kali pertamanya kamu menelpon aku entah aku juga
tidak tahu apa yang ingin di bicarakannya. Mungkin aku pikir kamu akan
memintaku solusi lagi untuk mendekati wanita yang kamu harapkan itu.
Akhirnya
senja ini aku sampai pada tahap ini. Posisi yang benar-benar tak pernah
kuinginkan tapi sempat terpikirkan oleh ku. Aku terhempas dan terjatuh begitu
jauh, sejauh dan sedalam harapan yang aku gantungkan kepadamu. Kau jatuhkan aku
dengan sangat dalam, sedalam tatapanku setiap kali menatapmu hingga membuat ku
kaku dan tak bergeming. Kupikir pilihanku sudah benar, ku kira semua anggapanku
adalah segalanya dan langkah yang telah aku ambil dan jalani pun sudah benar.
Tapi, ternyata aku salah. Mundur dan menyerah dengan segala harapanku lah yang
aku pilih sekarang. Meskipun sebenarnya aku masih mempetahankan dan
memperjuangkan kamu, kamu yang tidak akan pernah tahu seberapa dalam
perasaanku. Kini aku terpaksa berhenti memperhatikan dan menghibur kamu lagi
karena ini bukan tugasku lagi. Tapi, bukan berarti aku berhenti mencintaimu
entah itu sebagai sahabat atau apapun itu lainnya. Tapi, sekarang itu telah
menjadi tugasnya, ya..kekasih barumu.
***
Kau
tahu, rasanya sangat menyakitkan jika aku mengingat hal-hal bersama yang pernah
kita lakukan. Tapi kamu pasti takakan pernah mengingat bahkan menyimpannya lagi
dalam memori otakmu dan ingatan kamu. Ya, mungkin perhatian kecilku selama ini
tidak terlihat olehmu. Mungkin wujudku tak cukup jelas di matamu juga. Dan aku
juga tak tahu lagi kode apa lagi yang bisa membuatmu paham.
Jika
aku boleh memilih. Aku ingin semua yang aku inginkan selama ini menjadi nyata.
Bukan hanya khayalan harapan-harapan saja yang berputar di otak kiri dan
kananku, yang bergantung dipikiranku setiap hari bahkan setiap menitnya. Namun
apa daya, semua kata-kata dan perasaan itu hanya bisa kusimpan sendiri. Aku
wanita, aku bisa apa? Aku tak mungkin akan memulai duluan. Apa yang bisa
dilakukan oleh wanita ketika itu sudah menyangkut soal cinta? Menunggu,
memendam, mengagumi, melihat dari kejauhan, mencintai atau bahkan berusaha
melupakan tanpa pernah mau ada keberanian untuk mengungkapkan. Menyakitkan
bukan? Seandainya mengungkapkan perasaan itu semudah mengungkapkan “aku sayang
engkau ibu” mungkin hidupku dan hatiku tak akan serumit ini.
nda